Alhamdulillah hirobbil’alamin, puji syukur penyusun
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang membimbing umatnya dari
zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah yakni ajaran agama Islam.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran
bimbingan konsleting. Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca tentang konsep didalamnya.
Tim penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Guru
Pembimbing serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Tim
penyusun berharap semoga semua yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini
mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.
Akhirnya tim penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna. Untuk itu tim penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan.
Jambi, September 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………
|
i
|
|
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………
|
ii
|
|
|
|
|
BAB
I
|
PENDAHULUAN
|
|
|
1.1
LATAR BELAKANG…………………………………………..
1.2
RUMUSAN MASALAH……….………………………………
1.3
TUJUAN………………..………………………………………
|
1
2
2
|
BAB
II
|
PEMBAHASAN
|
|
|
2.1
PENGERTIAN TAWURAN………………………………….
2.2
FAKTOR- FAKTOR YANG
MENYEBABKAN TAWURAN PELAJAR……………………………………………………..
2.3
HAL YANG MENJADI
PEMICU TAWURAN …..............
2.4
DAMPAK KARENA
TAWURAN PELAJAR ……………..
2.5
HAL-HAL YANG DAPAT
DILAKUKAN UNTUK MENGATASI TAWURAN PELAJAR ............................
|
3
4
6
6
7
|
BAB
III
|
PENUTUP
|
|
|
3.1.
KESIMPULAN……………………………………………...
3.2.
SARAN………………………………………………………
|
8
8
|
DAFTAR
PUSTAKA
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tawuran yang sering dilakukan pada
sekelompok remaja terutama oleh para pelajar seolah sudah tidak lagi menjadi
pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita. Inilah beberapa
contoh yang bisa saya kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang dilakukan
oleh para remaja beberapa tahun lalu. Di Palembang pada tanggal 23 September
2006 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga
sekolah, di antaranya adalah SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4
(harian pagi Sumatra ekspres Palembang).
Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006
terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian
pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19 September 2006 terjadi tawuran
antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com).
Tidak hanya pelajar tingkat sekolah
menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar pada tanggal 12 Juli 2006
mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran dengan sesama rekannya
disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya kuliah (tempointeraktif.com).
Sedangkan di Semarang sendiri pada tanggal 27 November 2005 terjadi tawuran
antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK Cinde (liputan6.com).
Kekerasan sudah dianggap sebagai
pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini
seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan
hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku
buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau
tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara
langsung.
Lalu mengapa tawuran antar pelajar ini
bisa terjadi? Faktor apa sajakah yang menyebabkan tawuran antar pelajar
ini? Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tawuran yang dilakukan? Dan
bagaimanakah kita sebagai manusia-manusia perbaikan bangsa mencari jawaban atas
semua permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tawuran pelajar ini?
1.2.
Rumusan Masalah
Adanya
tindakkan tawuran di kalangan remaja saat ini, yang menimbulkan keresahan di kalangan
masyarakat setempat, maka timbul pertanyaan sebagai berikut :
a.
Apa yang dimaksud
dengan tawuran ?
b.
Apa faktor- faktor
yang menyebabkan tawuran pelajar ?
c.
Hal apa yang menjadi
pemicu tawuran tersebut ?
d.
Apa dampak karena
tawuran pelajar tersebut ?
e.
Hal-hal apa saja yang
dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar ?
1.3.
Tujuan
a.
Agar khalayak tahu
apa itu arti dari tawuran
b.
Untuk mengetahui
factor – factor menyebab tawuran pelajar
c.
Agar masyarakat lebih
mengerti tentang pemicu tawuran pelajar
d.
Untuk tahu apa saja
dampak karena tawuran pelajar
e.
Agar masyarakat lebih
mengetahui cara apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia
“tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang.
Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian
tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
Secara psikologis, perkelahian yang
melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan
remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat
digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1.
Delikuensi
situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan
untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.
Delikuensi
sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu
yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh
kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung
membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja
bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi
karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
2.2 Faktor- faktor yang
menyebabkan tawuran pelajar
Berikut
ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a.
Faktor
Internal
Faktor internal ini
terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses
internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya
dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian
biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks.
Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan,
ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin
bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa
dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat
yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga
memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi,
tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya.
Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah
orang-orang sekelilingnya.
b.
Faktor
Eksternal
Faktor eksternal
adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1.
Faktor
Keluarga
Keluarga
adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang
anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah
ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena
inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan
keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh
pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak
menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya
psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut
Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
salah satu
penyebab
kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan
yang baik bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi
anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan
anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2.
Faktor
Sekolah
Sekolah tidak hanya
untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai
secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri
menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi
tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu.
Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak
memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para
siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik
yang memiliki kepribadian yang baik.
3.
Faktor
Lingkungan
Lingkungan rumah dan
lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang
tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut
menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola
kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak
adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar
disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran
2.3 Hal yang menjadi
pemicu tawuran
Tak
jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling menatap antar
sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa
menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.
2.4 Dampak karena tawuran
pelajar
f.
Kerugian fisik,
pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera
ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
g.
Masyarakat sekitar
juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran
itu melempari batu dan mengenai rumah warga
h.
Terganggunya proses
belajar mengajar
i.
Menurunnya moralitas
para pelajar
j.
Hilangnya perasaan
peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
2.5 Hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar
a.
Memberikan pendidikan
moral untuk para pelajar
b.
Menghadirkan seorang
figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang
guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk
selalu bersikap baik
c.
Memberikan perhatian
yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri
d.
Memfasilitasi para
pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya :
membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang
bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler
disekolahnya.
Kartini kartono pun
menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja, diantaranya :
1.
Banyak mawas diri,
melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi terhadap
kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
2.
Memberikan kesempatan
kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
3.
Memberikan bentuk
kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang
serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja
tidak lah hanya datang dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi
karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia
remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana
kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran
orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang
anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat
dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan
kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan.
Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih
teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam
mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.
3.2.
Saran
Dalam
menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis
memberikan beberapa saran. Diantaranya:
a.
Keluarga sebagai awal
tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir yang baik untuk
para pelajar
b.
Masyarakat mesti
menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c.
Lembaga pendidikan
formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk membantu para
pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada didalam
dirinya
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Agung.,
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta.,2006
Komentar
Posting Komentar